Hari ini!
Bagaimana jurnalisme di Indonesia dapat berkontribusi untuk mewujudkan keadilan iklim?
Mari bergabung bersama kami dalam webinar “Meliput Isu Iklim Melalui Lensa Hak Asasi Manusia" pada:
📍Kamis, 12 Januari 2023
🕗 15:30-17:30 WIB
http://bit.ly/jurnalismeiklimdanHAM
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613452689328975873
We are now live!
"When talking about the climate crisis, we should not forget that the issue is about people – individuals and communities – who should be placed at the centre of discussions and stories.
(1/3)
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613459079447576576
This is where free, independent, and pluralistic journalism plays a key role: as amplifiers that enable remote voices to reach a wider audience, as well as watchdogs that can hold authorities accountable.
(2/3)
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613459083117592578
Journalists have the power to shape public discourse, influence change and accelerate the climate action needed to secure a liveable future."
H.E. Vincent Piket, EU Ambassador to Indonesia
(3/3)
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613459091585925120
"Rekan media dan jurnalis memiliki peran yang cukup penting untuk mengadvokasi berbagai kebijakan untuk mengatasi krisis iklim, baik dari pemerintah, private sector, lembaga finansial, termasuk juga di masyarakat;
(1/4)
@AJIIndonesia
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613464481664995328
bagaimana kita menumbuhkan kesadaran publik untuk terlibat dalam proses advokasi kebijakan sehingga kemudian dapat melakukan tindakan secara individual ataupun kolektif, karena dorongan narasi yang dibangun oleh media.
(2/4)
@AJIIndonesia
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613464487784493056
Kita juga perlu memastikan bersama bahwa semua kebijakan atau tindakan untuk mengatasi krisis iklim tidak boleh jadi alasan untuk melanggar hak asasi manusia, bahwa setiap kebijakan harus dilakukan dengan prinsip melindungi hak asasi manusia,
(3/4)
@AJIIndonesia
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613464492402442240
"Krisis iklim bukan hanya berisi permasalahan lingkungan untuk ditangani, namun jg permasalahan ketimpangan sosial & hak asasi manusia. Jurnalisme menjadi elemen penting di ruang sipil, partisipasi publik, akuntabilitas, penegakan hak asasi manusia, dan amplifier.
(1/3)
@hivos
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613484928821530624
Narasi keadilan iklim ini sebenarnya bukan hanya permasalahan lingkungan tapi juga ada permasalahan ketimpangan sosial dan permasalahan hak asasi manusia,
(2/3)
@hivos
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613484936757153793
sehingga harapannya media memiliki peranan yang cukup untuk membawa narasi-narasi seperti ini lebih ke publik." - Arti Indallah Tjakranegara, Engagement Manager – Voices for Just Climate Action @hivos
(3/3)
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613484942868221952
"Jurnalis adalah aktivis informasi. Tugasnya bukan sekadar memberi informasi, melainkan juga memastikan produknya berdampak secara sosial.
Perlu kolaborasi media dalam meliput isu perubahan iklim berbasis data, untuk menjawab segmen audiens yang hyper-lokal,
(1/3)
@remotivi
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613491362577682432
berusia dewasa sampai tua, dan mengalami dampak langsung dari perubahan iklim. Informasi apa saja yang mereka butuhkan, dan bagaimana menjangkau mereka.
Perubahan iklim adalah isu yang kompleks, dan tidak semua audiens mampu “mengunyah”-nya dalam sekali duduk.
(2/3)
@remotivi
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613491367354957825
Bagaimana membuatnya jadi “porsi hemat” agar mudah dipahami audiens tertentu secara berkelanjutan agar peliputan memiliki dampak, baik bagi komunitas terdampak, maupun masyarakat yang lebih luas." - Yovantra Arief, Direktur Eksekutif @remotivi
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613491370882371584
"Meliput isu iklim bukan hal yang mudah bagi banyak jurnalis. Banyak hambatan yang dialami. Liputan iklim memiliki banyak istilah khusus yang tidak otomatis dapat dimengerti oleh khalayak umum dengan mudah.
@jurnalisains
(1/4)
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613497391315054593
Jika jurnalis tidak memiliki akses, biaya dan dukungan yang cukup, penyampaian berita mengenai iklim akan sulit. Maka, jurnalis harus dapat meningkatkan kapasitas, mencari atau mengajukan dana hibah untuk peliputan isu iklim,
@jurnalisains
(2/4)
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613497398134968330
dan menjadikan isu iklim sebagai isu besar yang mainstream sehingga makin banyak liputan-liputan berita yang dapat membantu aksi iklim." - Dewi Safitri, Wartawan Sains CNN Indonesia dan Sekretaris Jenderal Society of Indonesian Science Journalist (SISJ) @jurnalisains
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613497414874456065
As journalists, we should show the relevance of the problem to the audience. Break it down into consumable pieces. We should also show what solutions are there to tackle the issues.
(2/3)
@R_Ebbighausen
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613505229462573059
Climate change is not only about gloom and doom. There are so many great initiatives out there that people have to know about and can contribute to greater action." - @R_Ebbighausen, Head of Ecofrontlines Project, Deutsche Welle
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613505234915196934
"Climate change and the well-being of people are very closely related, and journalists play an important part in making people understand the issue. This is why a constructive approach is useful as it is not always easy to cover climate change issues.
(1/3)
@R_Ebbighausen
🐦🔗: https://n.respublicae.eu/uni_eropa/status/1613505225394118657